href="http://permathic.blogspot.com/2012/05/kumpulan-animasi-bergerak-yang-lucu-dan.html" target="_blank">My Widget

Senin, 15 Desember 2014


Jenis Jenis Media Pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar.  Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pengajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994 : 6)
•    Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;
•    Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;
•    Seluk-beluk proses belajar;
•    Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan;
•    Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran;
•    Pemilihan dan penggunaan media pendidikan
•    Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan;
•    Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;
•    Usaha inovasi dalam media pendidikan.[1]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.  Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[2]
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media Pembelajaran.[3]
Klasifikasi Media
1. Media Audio
Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran.contoh media yang dapat dikelompokkan dalam media audio diantarany : radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dll.
2. Media Visual
Media visual yaitu media yang mengandalkan indra penglihat. Media visual dibedakan menjadi dua yaitu (1) media visual diam (2) media visual gerak
a. Media visual diam contohnya foto, ilustrasi, flashcard,gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rngkai,OHP, grafik, bagan, diagram, poster, peta, dan lain- lain.
b. Media visual gerak contohnya gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan sebagainya.
3. Media audio visual
Media audiovisual merupakan media yang mampu menampilkan suara dan gambar. Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual dibedakan menjadi 2 yaitu (1) madia audio visual diam, dan (2) media audio visual gerak.
a). Media audiovisual diam diantaranya TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, buku bersuara.
b). Media audio visual gerak diantaranya film TV, TV, film bersuara, gambar bersuara, dll.
4. Media Serbaneka
Media serbaneka merupakan suatu media yang disesuaikan dengan potensi di suatu daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Contoh media serbaneka diantaranya : Papan tulis, media tiga dimensi, realita, dan sumber belajar pada masyarakat.
a). Papan (board) yang termasuk dalam media ini diantaranya : papan tulis, papan buletin, papan flanel, papan magnetik, papan listrik, dan papan paku.
b). Media tiga dimensi diantaranya : model, mock up, dan diorama.
c). Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya . contoh pemanfaatan realit misalnya guru membawa kelinci, burung, ikan atau dengan mengajak siswanya langsung ke kebun sekolah atau ke peternakan sekolah.
d). Sumber belajar pada masyarakat diantaranya dengan karya wisata dan berkemah
Latuheru (1988) menyatakan bahwa (1) media pembelajaran berguna menarik minat siswa terhadap materi  pembelajaran yang disajikan, (2) media pembelajaran berguna dalam hal meningkatkan pengertian anak didik terhadap materi yang disajikan, (3) media pembelajaran mampu menyajikan data yang kuat dan terpercaya .
Heinich, Malenda, Russel (1982) dalam Ilda Prayitno (1989) mengemukakan keuntungan penggunaan media dalam pembelajaran adalah:
1)   Membangkitakan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurang kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya.
2)   Meningkatkan minat siswa untuk materi pelajaran.
3)   Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar.
4)   Dapat mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan.
5)   Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materi-materi yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam.
Sehingga pembuatan media pembelajaran diperlukan untuk proses pelaksanaan pembelajaran dan proses berpikir siswa.
Manfaat positif dari penggunaan media
sebagai bagian integral pengajaran di kelas adalah sebagai berikut: 1). Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. 2). Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. 3). Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. 4). Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa. 5). Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan 6). Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan. 7). Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 8). Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif,dalam proses belajar mengajar.

BERBAGAI JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang palng sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang.
Berbagai sudut pandang untuk menggolongkan jenis-jenis media.
Rudy Bretz (1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan gerak):
1.      Media audio
2.      Media cetak
3.      Media visual diam
4.      Media visual gerak
5.      Media audio semi gerak
6.      Media visual semi gerak
7.      Media audio visual diam
8.      Media audio visual gerak
Anderson (1976) menggolongkan menjadi 10 media:
1.      audio    : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
2.      cetak    : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
3.      audio-cetak    : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4.      proyeksi visual diam    : Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
5.      proyeksi audio visual diam    : film bingkai slide bersuara
6.      visual gerak        : film bisu
7.      audio visual gerak        : film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi
8.      obyek fisik        : Benda nyata, model, spesimen
9.      manusia dan lingkungan        : guru, pustakawan, laboran
10.  komputer        : CAI
Schramm (1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan / kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual (untuk perorangan / buku teks, telepon, CAI).
Henrich, dkk menggolongkan:
1.      media yang tidak diproyeksikan
2.      media yang diproyeksikan
3.      media audio
4.      media video
5.      media berbasis komputer
6.      multi media kit.
Pada artikel ini, media akan diklasifikasikan menjadi media visual, media audio, dan media audio-visual.
jenis media belajar, diantaranya:
1.    Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2.    Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3.    Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya
4.    Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
5.    Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Jenis Media    1    2    3    4    5    6
Gambar Diam    S    T    S    S    R    R
Gambar Hidup    S    T    T    T    S    S
Televisi    S    S    T    S    R    S
Obyek Tiga Dimensi    R    T    R    R    R    R
Rekaman Audio    S    R    R    S    R    S
Programmed Instruction    S    S    S    T    R    S
Demonstrasi    R    S    R    T    S    S
Buku teks tercetak    S    R    S    S    R    S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

A. MEDIA VISUAL
1.      Media yang tidak diproyeksikan
  a. Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
  b. Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.
  c. Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:
  1) gambar / foto: paling umum digunakan
  2) sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat menarik perhatian siswa, menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan.
  3) diagram / skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel samapai organisme.
  4) bagan / chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal.
  5) grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan.
2.      Media proyeksi
  1. Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP). Teknik pembuatan media transparansi, yaitu:
      - Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu
      - Membuat sendiri secara manual
2. Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.

B. MEDIA AUDIO
1.      Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang cukup efektif.
2.      Kaset-audio
Yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya pengadaan dan perawatan murah.

C. MEDIA AUDIO-VISUAL
1.      Media video
Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.
2.  Media komputer
Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.

Jumat, 12 Desember 2014

MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO

Masing-masing media pembelajaran memiliki karakteristiknya tersendiri, oleh karena itu tidak ada media yang dapat digunakan untuk semua keperluan proses pembelajaran. Menentukan dan memilih media mana yang akan digunakan guru, harus disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan, bahan ajar, dan ketersediaan media yang dimaksud.
Guru harus mampu merancang, menentukan, memilih, dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang sedang dilakukannya. Dalam kaitannya dengan media pembelajaran, guru juga harus mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi ajar melalui media yang telah dipilih. Selain dapat mempermudah guru dalam menyampaikan bahan ajar, banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan alat bantu belajar (media pembelajaran).
Dibawah ini adalah salah satu media pembelajaran Bidang Studi Sejarah yaitu mengenai situs trowulan dalam bentuk Video pembelajaran, klik disini

Rabu, 10 Desember 2014


ARSIP DINAMIS AKTIF

Arsip merupakan sumber sejarah yang penting bagi seorang sejarahwan ketika hendak menulis sejarah (Historiografi). Dengan memepelajari arsip, 50 % data yang dikehendaki dalm penulisan, hal ini dikarenakan arsip memiliki sifat yang objektif.
Seperti yang diketahui, salah satu jenis arsip adalah arsip dinamis aktif. Arsip dinamis aktif adalah jenis arsip yang umumnya intensitas pemakaiannya cukup tinggi. Arsip mempunyai peranan yang sangat penting bagi sebuah kantor, maka keberadaan arsip perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga keberadaan arsip pada sebuah kantor benar-bear menunjukakkan peran yang sesuai dan dapat mendukung penyelesaian pekerjaan yang dilakukan semua personil dalam kantor tersebut.

Sayangnya, kesadaran akan pentingnya memelihara arsip-arsip belum signifikan. Arsip dibiarkan tercecer dimana-mana tanpa pengelolaan yang terstruktur dan rapi. Sehingga seringkali arsip sulit ditemukan saat diperlukan. Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan dibahas mengenai prosedur penyimpanan dan peminjaman arsip dinamis aktif. 
Untuk selengkapnya, silahkan download disini

Selasa, 09 Desember 2014

Undang-Undang Sisdiknas


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS


menyebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 


Secara khusus pada Bab X Pasal 36 disebutkan bahwa;
  1. Pengembangan  kurikulum  dilakukan  dengan  mengacu  pada  standar  nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
  1. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
  1. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
  • peningkatan iman dan takwa;
  • peningkatan akhlak mulia;
  • peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
  • keragaman potensi daerah dan lingkungan;
  • tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
  • tuntutan dunia kerja;
  • perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
  • agama;
  • dinamika perkembangan global; dan
  • persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
untuk lengkapnya,ini nichhhh UU Sisdiknas... klik disana yaaaaa teman hehehe





Silabus IPS SMP

untuk mengunduh klik di sini

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter

PANDUAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA



BAB I PENDAHULUAN 
  A. Latar Belakang
Pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” 

Dengan mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tersebut di atas, Kementerian Pendidikan Nasional sejak tahun 2010 mengembangkan pendidikan karakter pada semua jenjang pendidikan, termasuk SMP. Sebenarnya pendidikan karakter bukan sepenuhnya hal yang baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada saat ini setidak-tidaknya ada tiga mata pelajaran yang diberikan untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan Agama, PKn, dan Bahasa Indonesia. Namun demikian, pengembangan watak melalui ketiga mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan karena beberapa hal. 

Pertama, ketiga mata pelajaran tersebut cenderung sekedar membekali pengetahuan mengenai nilai-nilai melalui materi/substansi mata pelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran pada ketiga mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing siswa sehingga siswa berperilaku dengan karakter yang tangguh. Ketiga, menggantungkan pembentukan watak siswa melalui ketiga mata pelajaran itu saja tidak cukup. Pengembangan karakter peserta didik perlu melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Selain itu, kegiatan pembinaan kesiswaan dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung pengembangan karakter peserta didik. 

Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti tersebut, telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah: 1) Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas pada semua mata pelajaran. 
2) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan. 
3) Selain itu, pengembangan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua bidang urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah. Pelaksanaan pendidikan karakter melalui tiga strategi tersebut di atas merupakan hal yang baru bagi sebagain besar SMP di Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan karakter di SMP, Direktorat Pembinaan SMP memandang perlu menyusun panduan pelaksanaan pendidikan karakter di SMP. 

Panduan pelaksanaan pendidikan karakter di SMP ini secara singkat memuat pengertian dan tujuan umum pendidikan karakter, pengertian pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran, pengertian pendidikan karakter terintegrasi dalam kegiatan pembinaan kesiswaan, pengertian pendidikan karakter terintegrasi dalam pengelolaan sekolah, nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan, langkah-langkah pelaksanaan pendidikan karakter, dan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter di SMP.


 B. Pengertian Umum 
 Pendidikan karakter di sekolah adalah upaya yang terencana untuk memfasilitasi peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai karakter secara terintegrasi dalam proses pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan sekolah pada semua bidang urusan. C. Tujuan Umum Pendidikan karakter di sekolah dimaksudkan untuk memfasilitasi peserta didik mengembangkan karakter terutama yang tercakup dalam butir-butir Standar Kompetensi Lulusan (Permen Diknas 23/2006) sehingga mereka menjadi insan yang berkepribadian mulia (cerdas dan kompetitif). 

 D. Sasaran 
 Sasaran utama pendidikan karakter di sekolah adalah seluruh peserta didik. Namun demikian, warga sekolah lainnya, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pegawai tata usaha, laboran, pustakawan, teknisi, dan penjaga keamanan harus menjadi model dalam mengembangkan karakter masing-masing. Mereka adalah pendidik karakter yang harus beperan sebagai model insane berkarakter. 

 E. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan
 Untuk memfasilitasi peserta didik mengembangkan dirinya menjadi insan yang berkarakter tangguh, ada banyak nilai yang perlu ditanamkan. Namun demikian, menanamkan semua karakter pada peserta didik merupakan hal yang sangat berat. Oleh karena itu perlu diidentifikasi sejumlah nilai sebagai prioritas penanaman. Tujuan utama pendidikan pada tingkat SMP adalah memfasilitasi peserta didik menguasai butir-butir SKL SMP (Permen Diknas 23/2006) melalui pembelajaran semua mata pelajaran dengan isi sebagaimana tertuang dalam SI (Permen Diknas 22/2006). Berdasarkan analisis diketahui bahwa SKL maupun SI mengisayaratkan sejumlah nilai yang perlu diinternalisasi oleh peserta didik. Dengan demikian, nilai-nilai karakter sebagai prioritas penanaman di SMP disarikan dari butir-butir SKL, dan SK/KD mata pelajaran-mata pelajaran SMP. Dengan digalakkannya pengembangan jiwa kewirausahaan, nilai-nilai kewirausahaan juga penting dijadikan prioritas. 

Berikut adalah 25 butir nilai karakter sebagai prioritas penanaman di SMP beserta deskripsi singkat dari masing-masing karakter: 
 1. Kereligiusan Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
 2. Kejujuran Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
 3. Kecerdasan Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat.
 4. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME.
 5. Kebersihan dan kesehatan Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang bersih dan sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
 6. Kedisiplinan Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
 7. Tolong-menolong Sikap dan tindakan yang selalu berupaya menolong orang.
 8. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Berpikir dan melakukan sesuatu berdasarkan kenyataan dan/atau nalar untuk menghasilkan cara dan/atau produk baru atau termutakhir.
 9. Kesantunan Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
 10. Ketangguhan Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan.
 11. Kedemokratisan Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
 12. Kemandirian Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
 13. Keberanian mengambil risiko Kesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin timbul dari tindakan nyata.
 14. Berorientasi pada tindakan Kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan nyata.
 15. Berjiwa kepemimpinan Kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya bangsa.
 16. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
 17. Percaya diri Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
 18. Keingintahuan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 19. Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
 20. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
 21. Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
 22. Menghargai karya dan prestasi orang lain Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
 23. Kepedulian terhadap lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.
 24. Nasionalisme Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
 25. Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

 Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, delapan butir dipilih sebagai nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan karakter, yaitu:
1. Kereligiusan
2. Kejujuran
3. Kecerdasan 
4. Tanggung jawab 
5. Kebersihan dan kesehatan 
6. Kedisiplinan 
7. Tolong-menolong 
8. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif 

Kedelapan butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata pelajaran dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman nilai-nilai lainnya.

 F. Pendidikan Karakter secara Terintegrasi di SMP
 Di depan telah dinyatakan bahwa pendidikan karakter di SMP dilaksanakan secara terintegrasi melalui proses pembelajaran pada semua mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan sekolah. Berikut adalah pengertian dari masing-masing integrasi pendidikan karakter tersebut.

1. Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran Yang dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi), juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku. Dalam struktur kurikulum kita, ada dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan PKn. Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara eksplisit mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran selain pendidikan Agama dan PKn yang dikembangkan saat ini lebih pada fasilitasi internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran (kegiatan belajar mengajar dan penilaian). Pengenalan nilai-nilai sebagai pengetahuan melalui bahan ajar dapat dilakukan, tetapi bukan merupakan penekanan. Yang ditekankan adalah pelaksanaan dan/atau penginternalisasian nilai-nilai melalui kegiatan-kegiatan di dalam proses pembelajaran. Berikut adalah mata pelajaran yang dimaksud di SMP: a. Pendidikan Agama b. PKn c. Bahasa Indonesia d. Matematika e. IPS f. IPA g. Bahasa Inggris h. Seni Budaya i. Penjasorkes j. TIK/ Keterampilan k. Muatan Lokal 

 2. Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam kegiatan pembinaan kesiswaan Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam kegiatan pembinaan kesiswaan adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik melalui pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan, yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang seutuhnya. Berikut adalah contoh-contoh kegiatan pembinaan kesiswaan di SMP: a. Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. Masa Orientasi Siswa (MOS) c. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) d. Penegakan tatakrama dan tata tertib kehidupan akademik dan sosial sekolah e. Kepramukaan f. Upacara bendera g. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) h. Palang Merah Remaja (PMR) i. Pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba j. Pembinaan bakat dan minat, yang antara lain meliputi: 1) Sains 2) Olahraga 3) Seni 4) Bahasa 3. Pendidikan karakter melalui pengelolaan sekolah yang berkarakter Pendidikan karakter melalui pengelolaan sekolah adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui pelaksanaan manajemen sekolah yang berkarakter baik. Seluruh bidang urusan sekolah dikelola secara efektif dan efisien berdasarkan nilai-nilai luhur, baik nilai-nilai yang mendasari hubungan kita terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, berbangsa, maupun lingkungan. Berikut adalah bidang-bidang urusan di SMP berdasarkan Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan: a. Penyusunan Rencana Kerja Sekolah b. Penyusunan dan Pelaksanaan Pedoman dan Struktur Sekolah c. Kesiswaan d. Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran e. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan f. Bidang Sarana dan Prasarana g. Bidang Keuangan dan Pembiayaan h. Budaya dan Lingkungan Sekolah i. Peranserta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah j. Kepemimpinan Sekolah k. Sistem Informasi Manajemen


  BAB II PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP 

 Pendidikan karakter di SMP secara terpadu dalam proses pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan harus segera dilaksanakan oleh setiap sekolah. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh sekolah dalam melaksanakan pendidikan karakter yang meliputi sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan tindak lanjut. 
 A. Sosialisasi/pelatihan 

Pelaksanaan pendidikan karakter memerlukan dukungan dari semua warga sekolah, termasuk Komite Sekolah, bahkan orangtua siswa dan masyarakat di sekitar sekolah. Dukungan tersebut akan diperoleh ketika semua warga tersebut memiliki pemahaman yang baik terhadap pentingnya pendidikan karakter dan bagaimana melaksanakannya. Oleh karena itu sebagai langkah awal dari pelaksanaan pendidikan karakter, mutlak dilakukan sosialisasi/pelatihan pendidikan karakter agar semua pihak yang terlibat memperoleh pemahaman yang memadai dalam semua aspek implementasi pendidikan karakter. Sosialisasi/pelatihan yang dimaksud idealnya menjangkau semua warga sekolah. Sosialisasi/pelatihan ini dapat dilaksanakan oleh sekolah sendiri dengan mengundang narasumber yang telah dilatih oleh Kementerian Pendidikan Nasional atau dengan cara mengirimkan warganya mengikuti sosialisasi/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak lain. Sosialisasi/pelatihan setidak-tidaknya menjadikan peserta: 
 1. Memahami pengertian pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan; 
2. Memahami nilai-nilai karakter utama dan nilai-nilai karakter pokok prioritas penanaman; 
3. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan belajar (aktif) dan/atau teknik penilian yang tidak saja mengembangkan dan/atau mengukur pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik, tetapi juga perkembangan karakter; 
4. Mampu mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam pembelajaran dari tahapan perencanaan (silabus, RPP, bahan ajar), pelaksanaan (proses kegiatan belajar mengajar di kelas), dan evaluasi; 
5. Mampu mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan pembinaan kesiswaan; 
6. Memahami proses pengelolaan semua bidang urusan sekolah yang efektif dan efisien yang didasarkan pada nilai-nilai luhur, baik nilai-nilai yang mendasari hubungan kita terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, berbangsa maupun lingkungan; 
7. Mampu membuat rancangan/action plan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah; dan 
8. Mampu merancang dan melaksanakan monitoring dan evaluasi pendidikan karakter di sekolah. Sosialisasi/pelatihan dianjurkan dilaksanakan dalam format loka karya sehingga peserta tidak hanya terlibat dalam proses memperoleh pengetahuan, tetapi juga keterampilan praktis dan menghasilkan karya/dokumen yang dapat digunakan di sekolah (dengan atau tanpa penyempurnaan lebih lanjut). 

 B. Perencanaan 

Setelah warga sekolah memiliki pemahaman yang baik mengenai pendidikan karakter, langkah selanjutnya adalah membuat rencana jangka menengah dan rencana tahunan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. 
 1. Rencana jangka menengah Rencana jangka menengah yang dimaksud setidak-tidaknya memuat: a. Nilai-nilai karakter yang diintegrasikan pada masing-masing mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan bidang urusan pengelolaan sekolah b. Tahapan pelaksanaan pendidikan karakter (termasuk tanggal dan jangka waktunya) c. Kegiatan-kegiatan pendukung implementasi pendidikan karakter beserta sumber dana dan besarnya dana yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendukung tersebut d. Koordinator pelaksanaan pendidikan karakter untuk masing-masing jalur (pembelajaran: urusan kurikulum, kegiatan pembinaan kesiswaan: urusan kesiswaan, dan pengelolaan sekolah: wakasek). Implementasi pendidikan karakter idealnya dimulai secara serentak pada pembelajaran semua mata pelajaran, semua kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan semua bidang urusan sekolah. Namun demikian disadari bahwa memulai implementasi secara serentak tersebut bukan sesuai yang ringan. Kondisi sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya sangat mempengaruhi kesiapan sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter. Oleh karenanya implementasi pendidikan karakter secara terintegrasi DAPAT dimulai dari beberapa mata pelajaran, sejumlah kegiatan kesiswaan, dan pengelolaan beberapa bidang urusan sekolah. Mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan bidang urusan sekolah yang diberi integrasi pendidikan karakter pada awal implementasi (tahun pertama) dipilih dari yang mudah atau yang siap dan melibatkan paling banyak peserta didik. Implementasi pada tahap-tahap (tahun-tahun) selanjutnya diperluas ke pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan bidang urusan sekolah lainnya sehingga selambat-lambatnya pada tahun ke empat semua telah diberi integrasi pendidikan karakter. Tabel berikut menyajikan CONTOH tahapan implementasi pendidikan karakter di sekolah. No. Jalur Tahun Pelajaran 2011/1012 2012/2013 2013/2014 2014/2015 Sem1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 1. Pembelajaran (mapel) 2 4 6 8 10 10 semua semua 2. Keg. Pemb. Kesiswaan 4 4 6 6 8 8 semua semua 

3. Manajemen sekolah 2 4 6 8 10 10 semua semua Catatan: a. Jumlah mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan bidang urusan sekolah yang diberi integrasi pendidikan karakter meningkat dari tahun ke tahun. Angka pada setiap kolom menunjukkan jumlah mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan bidang urusan sekolah secara akumulatif pada tahun/semester tersebut. b. Integrasi pendidikan karakter pada semua mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan semua bidang urusan sekolah pada contoh tabel di atas memerlukan waktu empat tahun. Salah satu prinsip yang diterapkan dalam merancang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah adalah prinsip partisipatif. Semua warga sekolah perlu dilibatkan dalam membuat rancangan. Mereka dilibatkan dalam memutuskan apakah pendidikan karakter serentak dimulai pada semua mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan bidang urusan sekolah ataukah dimulai pada sebagian saja. Bila dimulai pada beberapa saja, mereka dilibatkan dalam mengidentifikasi dan menetapkan mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan bidang urusan sekolah yang implementasinya awal. Selanjutnya mereka didengar gagasannya mengenai tahapan-tahapan implementasi yang layak dan kegiatan-kegiatan dan/atau sumberdaya pendukung apa saja yang perlu ada agar implementasi berjalan dengan baik. Berikut adalah CONTOH FORMAT rancangan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah yang DAPAT dikembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan. 


  RENCANA JANGKA MENENGAH PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SMP … TAHUN 2011– 2014 

 A. Rasional Uraikan dengan singkat pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter secara terintegrasi ke dalam mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan sekolah. 
B. Analisis Kondisi Sekolah Uraikan dengan singkat kesiapan sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter dilihat dari sudut pandang sumberdaya manusia (terutama guru dan staf tata usaha), sumberdaya lainnya (sarana/prasarana/fasilitas sekolah), aspirasi warga sekolah, harapan masyarakat, dan pengalaman sekolah melaksanakan pendidikan karakter hingga saat ini.
 C. Nilai-nilai yang Diintegrasikan Berdasarkan ketentuan-ketentuan formal yang mengatur pendidikan, aspirasi warga sekolah, dan harapan masyarakat serta pengalaman sekolah melaksanakan pendidikan karakter hingga saat ini, tetapkan nilai-nilai pokok dan nilai-nilai utama yang diintegrasikan. 1. Nilai-nilai yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran a. Pendidikan Agama b. PKn c. Dst. 2. Nilai-nilai yang diintegrasikan ke dalam kegiatan kesiswaan a. Kepramukaan b. OSIS c. Dst. 3. Nilai-nilai yang diintegrasikan ke dalam pengelolaan sekolah a. Sarana/Prasarana b. Kesiswaan c. Dst. D. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berdasarkan tingkat kesiapan sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter dilihat dari sudut pandang sumberdaya manusia (terutama guru dan staf tata usaha), sumberdaya lainnya (sarana/prasarana/fasilitas sekolah), aspirasi warga sekolah, harapan masyarakat, dan pengalaman sekolah melaksanakan pendidikan karakter, tetapkan tahapan pelaksanaan pendidikan karakter (serentak atau bertahap, dan bila bertahap mulai dari mana). E. Kegiatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berdasarkan tingkat kesiapan sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter dilihat dari sudut pandang sumberdaya manusia (terutama guru dan staf tata usaha), sumberdaya lainnya (sarana/prasarana/fasilitas sekolah), aspirasi warga sekolah, harapan masyarakat, dan pengalaman sekolah melaksanakan pendidikan karakter, tetapkan kegiatan-kegiatan beserta sumber dan besarnya dana serta waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut. (Catatan: butir D dan E sebaiknya dituangkan dalam matriks). F. Koordinator Penanggungjawab pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah adalah kepala sekolah yang dibantu oleh beberapa koordinator, yaitu koordinator pendidikan karakter melalui pembelajaran (wakasek urusan kurikulum), koordinator pendidikan karakter melalui kegiatan pembinaan kesiswaan (wakasek urusan kesiswaan), dan koordinator pendidikan karakter melalui manajemen sekolah (wakasek). G. Monitoring dan Evaluasi (teknik, aspek yang evaluasi, pelaksana, waktu pelaksanaan) H. Penutup Uraikan dengan singkat hal-hal yang mungkin menjadi hambatan dan pendukung, solusi terhadap hambatan, dan partisipasi serta koordinasi yang diperlukan. 2. Rencana tahunan Rencana tahunan pelaksanaan pendidikan karakter disusun berdasarkan rencana jangka menengah. Rencana tahunan merupakan rencana operasional pelaksanaan pendidikan karakter pada tahun yang bersangkutan sesuai dengan tahapan yang direncanakan dalam rencana jangka menengah. Seperti disebutkan di depan, rencana jangka menengah disusun untuk jangka waktu empat tahun dengan setiap tahun memiliki kegiatan/program yang berbeda-beda. Berikut adalah CONTOH FORMAT rencana opereasiona (tahunan) yang sekolah DAPAT adopsi atau kembangkan lebih lanjut. 


  RENCANA OPERASIONAL 
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SMP … TAHUN … 

A. Rasional Uraikan dengan singkat bahwa berdasarkan analisis kesiapan sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter dilihat dari sudut pandang sumberdaya manusia (terutama guru dan staf tata usaha), sumberdaya lainnya (sarana/prasarana/fasilitas sekolah), aspirasi warga sekolah, harapan masyarakat, dan pengalaman sekolah melaksanakan pendidikan karakter, sekolah pada tahun ini (…) menetapkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter mencakup mata pelajaran apa saja, kegiatan pembinaan kesiswaan apa saja, dan pengelolaan bidang apa saja. Selanjutnya sebutkan kegiatan-kegiatan yang telah dirancang dalam rencana jangka menengah. B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Tahun … Rencana operasional pelaksanaan pendidikan karakter dapat dituangkan dalam CONTOH format berikut: No. Jalur Pend. Karakter dan Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Tempat Besar Dana Sumber Dana Koor-dinator 1. Pembelajaran a. Penyusunan silabus b. Penyusunan RPP c. Penyiapan bahan ajar dan media d. Implementasi di kelas e. Penilaian f. Monitoring dan evaluasi g. Tindak lanjut 2. Keg. Pembinaan kesiswaan a. Penyusunan panduan b. Rekrutmen peserta c. Dst. 3. Pengelolaan sekolah a. Pengembangan sistem b. Sosialisasi sistem c. Dst. C. Monitoring dan Evaluasi (teknik, aspek yang evaluasi, pelaksana, waktu pelaksanaan) D. Penutup Uraikan dengan singkat hal-hal yang mungkin menjadi hambatan dan pendukung, solusi terhadap hambatan, dan partisipasi serta koordinasi yang diperlukan. Catatan: 1. Rencana jangka menengah dan rencana tahunan (operasional) pelaksanaan pendidikan karakter sesungguhnya tidak perlu dibuat tersendiri, tetapi sebaiknya merupakan kesatuan dari RKS dan RKAS. Namun demikian, karena RKS dan RKAS mungkin telah disusun oleh sekolah sebelum pendidikan karakter dikenalkan kepada sekolah, untuk sementara sekolah dapat menyusun rencana jangka menengah dan rencana operasional terpisah dari RKS dan RKAS. 2. Pengintegrasian pendidikan karakter berimplikasi pada perlunya revisi KTSP, baik dokumen I maupun dokumen II. Apabila kedua dokumen tersebut belum mengakomodasi atau mencerminkan integrasi pendidikan karakter, maka dokumen tersebut perlu direvisi. C. Implementasi Pada tahap perencanaan telah disusun rencana jangka menengah dan rencana operasional (tahunan) pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Tahap berikutnya adalah mengimplementasikan rencana operasional dengan mengikuti jadwal sebagaimana tertuang dalam rencana tahunan. Perubahan-perubahan terhadap rencana operasional selama implementasi dapat dilakukan apabila keadaan menghendakinya. Berikut adalah CONTOH pelaksanaan integrasi pendidikan karakter melalui proses pembelajaran. Sebagaimana CONTOH pada rencana operasional di depan (lihat bagian B), pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi dalam proses pembelajaran meliputi proses penyusunan silabus, penyusunan RPP, penyiapan bahan ajar dan media, implementasi di kelas, penilaian, monitoring dan evaluasi, dan tindak lanjut. Oleh karena itu yang pertama-tama dilakukan oleh sekolah/guru adalah menyusun/mengadaptasi silabus yang dilanjutkan menyusun/mengadaptasi RPP, menyusun/mengadaptasi bahan ajar, dan mengembangkan media pembelajaran yang sesuai. 1. Penyusunan silabus, penyusunan RPP, penyiapan bahan ajar dan media a. Silabus Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya ditujukan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD. Agar juga memfasilitasi terjadinya pembelajaran yang membantu peserta didik mengembangkan karakter, setidak-tidaknya perlu dilakukan perubahan pada tiga komponen silabus berikut: 1) Penambahan kolom (komponen) dalam silabus, yaitu kolom (komponen) karakter di antara kolom KD dan materi pembelajaran. 2) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter 3) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter 4) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter Penambahan kolom (komponen) karakter dimaksudkan agar nilai-nilai karakter terencana dengan baik pengintegrasiannya dalam pembelajaran. Penambahan dan/atau adaptasi kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian harus memperhatikan kesesuaiannya dengan SK dan KD yang harus dicapai oleh peserta didik dan karakter yang hendak dikembangkan. Kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik penilaian yang ditambahkan dan/atau hasil modifikasi tersebut harus bersifat lebih memperkuat pencapaian SK dan KD dan sekaligus mengembangkan karakter. Contoh model silabus yang dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 1. b. RPP RPP disusun berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. RPP secara umum tersusun atas SK, KD, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian. Seperti yang terumuskan pada silabus, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian yang dikembangkan di dalam RPP pada dasarnya dipilih untuk menciptakan proses pembelajaran untuk mencapai SK dan KD. Oleh karena itu, agar RPP memberi petunjuk pada guru dalam menciptakan pembelajaran yang berwawasan pada pengembangan karakter, RPP tersebut perlu diadaptasi. Seperti pada adaptasi terhadap silabus, adaptasi yang dimaksud antara lain meliputi: 1) Penambahan dan/atau modifikasi tujuan pembelajaran sehingga pembelajaran tidak hanya membenatu peserta didik mencapai KD, tetapi juga mengembangkan karakternya 2) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter 3) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter 4) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur perkembangan karakter Contoh model RPP dapat dilihat pada Lampiran 2. c. Bahan ajar Bahan ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Melalui program Buku Sekolah Elektronik atau buku murah, dewasa ini pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku ajar dari hampir semua mata pelajaran yang telah memenuhi kelayakan pemakaian berdasarkan penilaian BSNP dari para penulis/penerbit. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut dalam proses pembelajaran. Untuk membantu sekolah mengadakan buku-buku tersebut, pemerintah telah memberikan dana buku teks kepada sekolah melalui dana BOS. Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan - yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika – bahan-bahan ajar tersebut masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya. Apabila guru sekedar mengikuti atau melaksanakan pembelajaran dengan berpatokan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai. Sebuah kegiatan belajar (task), baik secara eksplisit atau implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud adalah: 1) Tujuan 2) Input 3) Aktivitas 4) Pengaturan (setting) 5) Peran guru 6) Peran peserta didik Dengan demikian, perubahan/adaptasi kegiatan belajar yang dimaksud menyangkut perubahan pada komponen-komponen tersebut. Secara umum, kegiatan belajar yang potensial dapat mengembangkan karakter peserta didik memenuhi prinsip-prinsip atau kriteria berikut. 1) Tujuan Dalam hal tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai adalah apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sikap/karakter. Oleh karenanya, guru perlu menambah orientasi tujuan setiap atau sejumlah kegiatan belajar dengan pencapaian sikap atau nilai tertentu, misalnya kejujuran, rasa percaya diri, kerja keras, saling menghargai, dan sebagainya. 2) Input Input dapat didefinisikan sebagai bahan/rujukan sebagai titik tolak dilaksanakannya aktivitas belajar oleh peserta didik. Input tersebut dapat berupa teks lisan maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta, benda sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input yang dapat memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak hanya menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga menguraikan nilai-nilai yang terkait dengan materi/pengetahuan tersebut. 3) Aktivitas Aktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh peserta didik (bersama dan/atau tanpa guru) dengan input belajar untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah AKTIVITAS-AKTIVITAS BELAJAR AKTIF yang antara lain mendorong terjadinya autonomous learning dan berpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous learning dan berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu siswa memperoleh banyak nilai. Contoh-contoh aktivitas belajar yang memiliki sifat-sifat demikian antara lain diskusi, eksperimen, pengamatan/observasi, debat, presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek. Salah satu pendekatan yang dianjurkan adalah Contextual Teaching and Learning. 4) Pengaturan (setting) Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan lain-lain. 5) Peran guru Peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran guru pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap peran guru pada kebanyakan kegiatan pembelajaran apabila buku guru tidak tersedia. Peran guru yang memfasilitasi diinternalisasinya nilai-nilai oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip ajaran Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan sebagai teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah peserta didik guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat dan dorongan bagi peserta didik). 6) Peran peserta didik Seperti halnya dengan peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar, peran siswa biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit juga. Pernyataan eksplisit peran siswa pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap peran siswa pada kebanyakan kegiatan pembelajaran. Agar peserta didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi karakter, peserta didik harus diberi peran aktif dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dsb. Contoh bahan ajar yang mengintegrasikan pendidikan karakter dapat dilihat pada Lampiran 3. d. Media pembelajaran Untuk membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan karakternya, perlu dikembangkan dan digunakan media pembelajaran yang sesuai. Media yang dimaksud dapat berupa alat yang sederhana dengan memanfaatkan benda-benda yang tersedia di sekitar sekolah, lingkungan alam sekitar sekolah, hingga multimedia interaktif dengan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Media yang dipilih guru hendaknya yang sekaligus mengembangkan karakter. Sebagai contoh, ketika guru mengembangkan media dari barang-barang bekas, peserta didik akan mengembangkan kreativitas dan cinta lingkungan. Saat guru memtuskan menggunakan multimedia interaktif, peserta didik mungkin akan mengembangkan kemandirian. 2. Implementasi di kelas Setelah silabus, RPP, bahan ajar, dan media pembelajaran dikembangkan, tahap selanjutnya adalah mengimplementasikannya di dalam kelas. Pada tahap ini aktivitas-aktivitas belajar yang telah dirancang dalam silabus dan RPP yang telah secara rinci dituangkan dalam bahan/buku ajar dilaksanakan. Walaupun tidak dimaksudkan untuk secara kaku mengikuti rencana yang telah disusun, guru hendaknya secara ‘bertanggungjawab’ melaksanakan rencana pembelajarannya. Selama ini banyak guru yang seolah-olah memandang bahwa silabus dan RPP adalah sekedar memenuhi ketentuan administrasi, dan proses pembelajaran di dalam kelas tidak perlu sesuai dengan silabus dan RPP. Apabila hal yang demikian ini terus berlanjut, pendidikan karakter melalui pembelajaran akan kurang berhasil. Silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah disiapkan untuk pendidikan karakter yang terintegrasi harus benar-benar diimplementasikan di dalam kelas dengan guru sebagai model insan yang berkarakter (dengan falsafah ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani). 3. Penilaian Pada dasarnya authentic assessment dianjurkan untuk diterapkan. Teknik dan instrumen penilaian yang dipilih dan dilaksanakan tidak hanya mengukur pencapaian akademik/kognitif siswa, tetapi juga mengukur perkembangan kepribadian siswa. Bahkan perlu diupayakan bahwa teknik penilaian yang diaplikasikan mengembangkan kepribadian siswa sekaligus. Pedoman penilaian untuk lima kelompok mata pelajaran yang diterbitkan oleh BSNP (2007) menyebutkan bahwa sejumlah teknik penilaian dianjurkan untuk dipakai oleh guru menurut kebutuhan. Tabel berikut menyajikan teknik-teknik penilaian yang dimaksud dengan bentuk-bentuk instrumen yang dapat dikembangkan oleh guru. Tabel: Teknik dan bentuk instrumen penilaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Tes Tertulis • Pilihan ganda • Benar-salah • Menjodohkan • Pilihan singkat • Uraian Tes Lisan • Daftar pertanyaan Tes Kinerja • Tes tulis keterampilan • Tes identifikasi • Tes simulasi • Tes uji petik kerja Penugasan individual atau kelompok • Pekerjaan rumah • Proyek Observasi • Lembar observasi/lembar pengamatan Penilaian portofolio • Lembar penilaian portofolio Jurnal • Buku catatan jurnal Penilaian diri • Lembar penilaian diri/kuesioner Penilaian antarteman • Lembar penilaian antarteman Di antara teknik-teknik penilaian tersebut, beberapa dapat digunakan untuk menilai pencapaian peserta didik baik dalam hal pencapaian akademik maupun kepribadian. Teknik-teknik tersebut terutama observasi (dengan lembar observasi/lembar pengamatan), penilaian diri (dengan lembar penilaian diri/kuesioner), dan penilaian antarteman (lembar penilaian antarteman). Nilai karakter peserta didik dinyatakan secara kualitatif. Nilai peserta didik menggambarkan perkembangan karakter yang bersangkutan pada saat penilaian dilakukan. Nilai tersebut merupakan dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan lebih lanjut agar peserta didik yang bersangkutan mengembangkan karakternya hingga optimal. Berikut adalah contoh sebutan-sebutan nilai yang merupakan representasi perkembangan karakter peserta didik: MK/A = Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten) MB/B = Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten) MT/C = Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten) BT/D = Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). D. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan pendidikan karakter baik melalui proses pembelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, maupun pengelolaan sekolah perlu dimonitor dan dievaluasi setidak-tidaknya setahun sekali. Tujuan umum dari kegiatan ini antara lain adalah untuk mengetahui: 1. kesesuaian pelaksanaan pendidikan karakter dengan jadwal, 2. hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan karakter dan solusi yang perlu diupayakan, 3. hal-hal yang mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, 4. perubahan-perubahan yang dilakukan selama pelaksanaan pendidikan karakter, 5. tingkat ketercapaian dari target-target pendidikan karakter yang telah dirumuskan, dan 6. praktik-praktik yang baik dalam tingkat ketercapaian dari target-target pendidikan karakter yang telah dirumuskan. Untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi perlu dibuat panduan singkat yang setidak-tidaknya memuat tujuan, sasaran, komponen/aspek yang domonitor dan dievaluasi, waktu pelaksanaan, pelaksana, instrumen pengumpul data, dan teknis analisis data. Komponen/aspek yang domonitor dan dievaluasi dan instrumen pengumpul data biasanya berbeda-beda antara monitoring dan evaluasi untuk pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran, kegiatan kesiswaan, dan manajemen sekolah. Hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan dan selanjutnya digunakan untuk merancang pelaksanaan pendidikan karakter pada tahun berikutnya.